Hamil di Usia yang Tak Lagi Muda
Kehamilan merupakan momentum yang ditunggu-tungu bagi sebagian
calon ibu. Namun, bagi sebagian calon ibu lainnya ada pula yang merasa khawatir
dan cemas saat menerima kenyataan bahwa dirinya hamil, karena beberapa faktor,
seperti ketidaksiapan mental, fisik, ekonomi dan factor-faktor lainnya. Buat
saya, opsi yang pertama yang dirasakan saat mengetahui bahwa saya hamil.
Meskipun saya sudah bukan termasuk mamah-mamah muda, di usia yang ke 38 tahun
saya hamil anak yang ketiga. Rasanya kok seperti hamilnya mamah-mamah muda yak?
Soalnya anak saya yang paling kecil usianya sudah menjelang 10 tahun, so saya
merasakan hamil kembali setelah vakum selama hampir 10 tahun. Jadi rasanya
seperti orang baru pertama kali hamil. Pas, telat haidh kurang lebih 10 hari,
saya sudah feeling, sepertinya gw hamil? langsung deh beli test pack
ke toko obat.
Ada beberapa perbedaan yang saya rasakan dari kehamilan anak
ketiga ini dengan kehamilan-kehamilan saya yang sebelumnya. First of all, waktu hamil anak pertama,
beli test pack nya yang terbaik dan harganya termasuk kategori paling
mahal, supaya hasilnya valid dan reliabel alias akurat. Nah, untuk anak yang
ketiga ini, karena sudah punya pengalaman dan ngobrol-ngobrol ama bidan dan
perawat yang mengatakan test pack murah juga hasilnya akurat, jadinya
beli yang murah deh, biar lebih irit. hehehe. Soalnya sudah punya 2 anak, meski
pinter-pinter mengelola keuangan khan cyiinnn???? Dan hasilnya ternyata,
jreng....jreng....jreng...., sesuai harapan saya dan suami, yaitu positif.
Rasanya gembira sekali dan berharap si jabang bayi akan selalu sehat dan
berjenis kelamin perempuan, soalnya yang sebelumnya sudah jagoan semua, abang
Belva dan abang Ariza. Secondly, sekarang
zamannya online, segala informasi
bisa diperoleh dengan mudah melalui internet. Maka saya banyak memperoleh
informasi mengenai kehamilan dan serba-serbinya melalui berbagai situs internet
yang membantu, seperti http://www.kehamilanku.web.id/,
https://hamil.co.id/persalinan/tanda-bahaya-persalinan,
dan https://dedaunan.com/muncul-flek-coklat-saat-hamil-muda-perlukah-diwaspadai/.
Last but not least, saya
selalu merindukan suami dan pelukannya karena dia tak berada di kota yang sama
dengan kami. Kalau sudah malam, menjelang tidur selalu ingat si Ayah yang jauh
di pulau seberang, semoga Allah selalu menjaga-Nya. Aamiin…..
Di bulan pertama kehamilan, saya mengalami flek-flek dan harus
bedrest di rumah sakit serta istirahat di rumah selama 3 minggu tidak masuk
kantor. Kehamilan ketiga ini, memang terasa beda banget dengan
kehamilan-kehamilan saya yang sebelumnya. Mungkin karena faktor "U"
dan juga kondisi kesehatan yang sudah tak seprima saat-saat berusia 20 tahunan.
Selera makan juga jauh berubah dibandingkan dengan saat sebelum hamil maupun
saat hamil anak yang pertama dan kedua. Ditambah lagi, kondisi dan situasi
rumah tangga kami yang berubah, karena suami bekerja di Jakarta dan saya
bekerja di Batusangkar, Sumatera Barat. Jadi si jabang bayi mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dalam kondisi orang tuanya menjalani Long Distance Relationship (LDR). Di satu
sisi, saya, suami dan anak-anak merasa bahagia dengan kehamilan ini karena akan
hadir adik perempuan (insya Allah) dalam beberapa bulan ke depan. Suami juga
menjadi sangat perhatian dan lebih well
prepared dibandingkan kehamilan-kehamilan saya sebelumnya. Dia sudah
mempersiapkan baby trolley, baby car
seat, bantal empuk yang khusus untuk ibu hamil, tempat mandi bayi dan
lain-lain sebelum usia kehamilan saya tujuh bulan. Itu membuktikan betapa excited-nya suami dalam menghadapi
kehamilanku. Namun, di sisi lain, ada pula rasa haru, sedih, cemas dan perasaan khawatir karena saya hamil tanpa
didampingi “suami siaga” sebab dia harus bekerja di luar kota. Suami pun
demikian, terkadang dia curhat bahwa dia merasa sedih dan khawatir, si kecil
kurang mengenalnya sebab Ayah tak bisa selalu dekat dengannya. Tapi di atas
segalanya, saya selalu berusaha untuk positive
thinking dan banyak bersyukur karena Allah memberikan amanah dan nikmat
yang luar biasa banyak kepada keluarga kami. Pikiran positif dan rasa syukur inilah,
yang senantiasa menguatkan saya untuk tegar dalam kondisi hamil, meskipun tanpa
dampingan suami siaga. Sebab, saya yakin anak yang hebat dan kuat lahir dari
bunda yang juga hebat dan kuat. Saya tidak bilang bahwa kehamilan ini akan menjadi
mudah, tetapi kehamilan ini harus diperjuangkan karena dia sangat berharga. Mohon
doanya semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan buat kami sekeluarga. aamiin......
tetap semangat buk.. jangan menyerah... kami selalu mendukungmu... :)
BalasHapussilahkan berkunjung ke :
https://catatanperempuan519582266.wordpress.com/
makasih Supportnya Dila.
Hapus